EFEKTIFITAS ALBENDAZOLE TERHADAP FASCIOLA SP PADA PETERNAKAN SAPI POTONG RAKYAT DI KECAMATAN GEGERBITUNG KABUPATEN SUKABUMI
Abstract
ABSTRACT
Cattle farms in Gegerbitung District, Sukabumi were traditional farms and carried out below standard by giving irregular worm medication and tended to use the same active ingredients anthelmintic. Such conditions have the potential to raise cases of helminthiosis and decreased effectiveness / resistancy to the anthelmintic. A common case of helminthiosis found in cows was fasciolosis. There was no accurate data on the prevalence of fasciolosis cases in Indonesia, but it was estimated to reach 60 - 90%. Anthelmintic used in general was albendazole. This study aimed to determine: (1) Prevalence of fasciolosis events (number of attack / positive test) (2) Severity of attack (3) Effectiveness of albendazole to Fasciola sp. Identification of worm eggs in feces was done by sedimentation method. The number of worm eggs per gram of feces were also calculated to determine the severity of infestation, prevalence and effectiveness of albendazole. The results showed that from 40 cows samples, Fasciola sp. Was found in 6 cattle (15% of total sample). Thus the prevalence of fasciolosis was 15%. The severity of fasciolosis on 6 cattle averaged 19.66 eggs per gram of feces. After treatment with albendazole, 6 positive cattle became negative. It can be concluded that the prevalence and severity infestation of fasciolosis in Gegerbitung District was classified as mild infestation. Albendazole was still effective for fasciolosis.
ABSTRAK
Kondisi peternakan sapi rakyat masih dilaksanakan dibawah standar dengan pemberian obat cacing yang tidak teratur dan cenderung menggunakan obat cacing dengan bahan aktif yang sama. Kondisi semacam ini berpotensi memunculkan kasus penyakit, khususnya kecacingan dan penurunan efektifitas/resistensi jenis obat cacing termaksud. Kasus kecacingan yang umum dijumpai pada sapi adalah fasciolosis. Tidak ada data akurat prevalensi kasus fasciolosis di Indonesia, namun diperkirakan mencapai 60 – 90 %. Sedangkan obat cacing yang digunakan pada umumnya adalah albendazole. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Prevalensi kejadian fasciolosis (jumlah terserang/positif uji ) (2) Tingkat keparahan serangan (3) Efektifitas albendazole terhadap Fasciola sp. Identifikasi telur cacing dalam feses dilakukan dengan metode sedimentasi. Selain itu juga dilakukan perhitungan jumlah telur cacing per gram feses untuk mengetahui tingkat keparahan infestasi, prevalensi dan efektifitas albendazole. Hasil penelitian menunjukkan dari 40 ekor sapi sample, ditemukan telur cacing Fasciola sp. pada 6 ekor (15 % dari total sample). Dengan demikian prevalensi kecacingan adalah 15 %. Sedang tingkat keparahan kecacingan/fasciolosis pada 6 ekor sapi tersebut rata-rata 19.66 butir telur per gram feses. Setelah pengobatan dengan albendazole, 6 ekor sapi yang semula positif menjadi negatif. Dapat disimpulkan bahwa prevalensi fasciolosis pada peternakan rakyat di Kecamatan Cicurug dan tingkat keparahan infestasinya tergolong ringan. Albendazole masih efektif untuk mengobati fasciolosis.