SMART URBAN FARMING DENGAN PANEL SURYA, AIR HUJAN, DAN LIMBAH AC PADA GEDUNG BERTINGKAT, SEMARANG
Abstract
Indonesia dengan kepadatan penduduk yang tinggi mengakibatkan peningkatan alih guna lahan dan pengurangan lahan produksi pangan. Salah satu konsep yang ada untuk menyelesaikan masalah ini ialah, urban farming yang dikombinasikan dengan smart farming. Smart urban farming menggunakan komponen-komponen sekitarnya untuk menghasilkan siklus hidup yang sirkular. Oleh karena itu, fokus tujuan penelitian ditujukan untuk mengetahui perbandingan efektivitas dan efisiensi antara metode urban farming dengan smart urban farming. Salah satu tumbuhan pangan yang sesuai untuk smart urban farming ialah bayam merah. Pada studi kasus ini metode yang digunakan ialah life cycle assessment dan diterapkan pada bangunan tiga lantai dengan komponen energi dari panel surya, air dari rain water harvesting, dan pupuk dari limbah air AC. Urban farming dan smart urban farming memiliki perbedaan dalam siklus hidupnya, urban farming memiliki siklus linear sedangkan smart urban farming memiliki siklus sirkular. Smart urban farming memiliki pola sirkular dan dapat menyediakan 100% penerangan, 54,6% air, dan 89,94% pupuk menggunakan energi matahari, pemanenan air hujan, dan limbah AC. Pola sirkular ini berdampak positif terhadap lingkungan dengan mengurangi penggunaan sumber air, energi, dan pupuk yang tidak ramah lingkungan.